KONSEP DASAR PSIKOANALISIS
KESADARAN
Sigmund Freud mengemukakan bahwa
kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious),
prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Topografi atau peta
kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalan setiap
event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu.
Baru pada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur
baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan
gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya (lihat representasi grafik
struktur kepribadian pada Gambar 1. Enam elemen pendukung struktur kepribadian
itu adalah sebagai berikut:
a) Sadar
(Conscious)
Tingkat
kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut
Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi,
perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar
itu merupakan basil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau
cue-eksternal.
b)
Prasadar (Preconscious)
Disebut
juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi
jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan
clan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari
tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
Di sisi lain, isi-materi daerah tak sadar dapat muncul ke daerah prasadar.
Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi
tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar
yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk
simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c) Tak
Sadar (Unconscious)
Tak
sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan
bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan
empirik
.
Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan
drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya
pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar.
Isi atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan
terus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat
namun tetap tidak disadari.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Sigmund
Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu Id, Ego dan
Superego. Ketiga struktur tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar pada
usia tujuh tahun. Struktur ini dapat ditampilkan secara diagramatik dalam
kaitannya dengan aksesibilitas bagi kesadaran atau jangkauan kesadaran
individu. Id merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional.
Id merupakan sebuah keinginan yang dituntun oleh prinsip kenikmatan dan
berusaha untuk memuaskan kebutuhan ini.
1.
Id.
Id
ini adalah merupakan bagian dari komponen kepribadian yang asli/ natural yang
dibawa sejak lahirnya seorang individu. Id juga merupakan komponen dari
psikologi yang mempunyai sifat primitif dan naluriah. Menurut Freud, id adalah
sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id akan
didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan kepuasan
segera dari semua
keinginan
dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka hasilnya adalah
kecemasan atau ketegangan. Contoh mudahnya adalah bila seorang bayi menangis
karena lapar atau pun haus maka ia akan mengkomunikasikan hal tersebut kepada
ibunya dengan cara menangis. Karena dengan adanya peningkatan rasa lapar atau
haus yang dirasakan bayi atau anak maka ia harus menghasilkan upaya segera
untuk mendapatkan makan atau minum. Id ini sangat penting awal dalam hidup,
karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dengan baik.
2.
Ego .
Prinsip
kepribadian jenis ego ini adalah seputar mengenai hal yang berhubungan dengan
realitas serta kenyataan yang ada. Ego ini juga dimulai serta dibawa sejak
lahir, tetapi berkembang bersamaan dengan hubungan individu dengan lingkungan
sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan, maka individu tersebut
tidak bisa hanya semata-mata bertindak sekedar mengikuti impuls-impuls atau
dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas yang ada. Dan ini
lebih kompleks dari sekedar Id saja.
Contoh
mudahnya adalah bila seorang anak merasakan lapar maka ia akan akan berusaha
untuk mendapatkan makanan untuk mengatasi rasa laparnya. Hanya saja sekarang ia
akan berusaha melihat kenyataanbagaimana cara mendapatkan makanan dengan baik
tanpa ada yang merasa disalahkan atau pun ia salah dalam melakukan tindakan
mendapatkan makanan terbut karena didorong oleh rasa laparnya tersebut.
Menurut
Freud, ego adalah struktur kepribadian yang
berurusan dengan tuntutan realita, yang berisi penalaran dan pemahaman
yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai dia memiliki kesempatan untuk
memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah terjadi didalam
situasi yang berupa dimasa lalu, dan membuat rencana yang realistik dimasa
depan. Tujuan ego adalah menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan
Id. Fungsi ego ini juga berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin
dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan yang ada.
3.
Super Ego .
Super
Ego atau pun aspek sosiologis adalah merupakan sistem kepribadian yang
berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal
yang berhubungan dengan baik- buruk). Super ego lebih merupakan kesempurnaan
daripada kesenangan, karena itu super ego dapat dianggap sebagai aspek moral
daripada kepribadian itu sendiri.
Dan
juga merupakan aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi
moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua serta masyarakat.
Superego memberikan pedoman untuk membuat sebuah penilaian. Fungsi manfaat
superego adalah :
*
Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar
impuls-impuls tersebut
disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
* Mengarahkan
ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
*
Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Bersama-sama
dengan ego, super ego mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang
bermaksud untuk memuaskan dorongan-dorongan dari Id, yaitu melalui
aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan- keyakinan tertentu
mengenai perilaku yang baik dan buruk. Freud berpendapat manusia sebagai suatu
sistem yang kompleks memakai energi untuk berbagai tujuan seperti halnya bernafas,
bergerak, mengamati, dan mengingat.
Perkembangan Psikoseksual
Tahap
Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud adalah
salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang
paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui
serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id
menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau
libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut
Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal
perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus
mempengaruhi perilaku di kemudian hari..
·
Fase
Oral
Pada
tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting
untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan
memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung
pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga
mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik
utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang
bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud
percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi.
fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau
menggigit kuku.
·
Fase Anal
Pada
tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini
adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan
tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut
Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang
tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan
penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil
positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa
pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi
orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun,
tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan
selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu
seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai
dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang
terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat
berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian
berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu
dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-anal berkembang di mana individu
tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
·
Fase Phalic
Pada
tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak
juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak
laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu.
Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan
untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum
oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah
Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan
yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa
gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
Akhirnya,
anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat
vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud
percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua
wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney
sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan.
Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri
karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
·
Fase Latent
Periode
laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan
ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini
sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan
kepercayaan diri.
·
Freud
menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada
organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian
untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi
teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
·
Fase Genital
Pada
tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual
yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada
kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap
ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus
seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan
keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
Mekanisme Pertahanan
Ego
1.
Represi
(Repression)
Bentuk
pertahanan ego dengan menyingkirkan pikiran-pikiran atau ingatan-ingatan yang
tidak diinginkan. Ia akan sengaja melupakan kenanganatau pikiran yang tidak menyenangkan
atau tidak sesuai dengan keinginannya.
Contoh
: Seorang wanita yang diputuskan secara sepihak oleh pacarnya. Karena ia tidak ingin
mengingat kenangan-kenangan itu. Walaupun ia sudah sengaja melupakannya alias
kejadian ini tidak berlangsung berlarut-larut, tetapi ingatan tersebut tetap membekas
di pikiran bawah sadar dia dalam bentuk trauma psikis.
2.
Kompensasi
Yaitu
dengancara menutupi kelemahan dalam dirinya dengan menonjol-nonjolkan sifat lain,
lalu dicari kepuasans ecara berlebihan dalam bidang lain tersebut.
Contoh
:anak yang merasa tak pandai di sekolahnya menjadi bersikap seolah-olah seperti
jagoan di sekolah agar
ditakuti oleh teman-temannya.
3.
Konversi
(Convertion),
Adalah
mekanisme konflik emosional yang diekspresikan keluar. Misal :Seseorang yang
sedang stress menjadi marah-marah, teriak-teriak, atau berolah raga.
4.
Penyangkalanatau
Denial
Mekanisme
dimana seseorang menghindari kenyataan dan secara sadar menyangkal adanya
kenyataan tersebut. Ia menyangkal realita
yang dapat menimbulkan rasa sakit, malu, ataucemas.
Contoh
:Seorang ibu yang tidak terima bahwa anaknya terlahir dengan cacat sehingga ia
menitipkan anaknya ke saudaranya
yang jauh.
5.
Pemindahan
(Displacement)
Dimana
emosi-emosi yang terjadi pada dirinya DILAMPIASKAN ke objek-objek atau orang
lain.
Contoh :Seorang anak yang habis dimarahi ibunya. Karena kesal, ia lalu memukul
adiknya atau menendang kucingnya.
6.
Disosiasi
Dengan
cara memutuskan atau mengubah beban emosi dalam dirinya.
Contoh
:Seseorang yang sedih ditinggal mati oleh kekasihnya, kemudian ia menghibur dirinya
sendiri dengan mengatakan “sudah takdirnya” atau “sekarang ia sudah bahagia di
surga”.
Identifikasi,
dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan
orang lain (biasanya seorang idola atau figur). Kemudian berusaha menyamakan penampilan/dandandan,
cara bicara, maupun logatnya.
Contoh
:Seseorang yang ngefans berat dengan penyanyi Rhoma Irama,
lalu berdandan persis dengannya dan meniru gaya-gaya bicaranya.
.
Proyeksi,
yaitu seseorang yang melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap,
dan karakternya sendiri, atau pun perasaannya dengan melemparkan atau menyalahkannya ke
orang lain.
Contoh :Seorang mahasiswa yang tidak lolos mata kuliah,
lalu ia mengatakan bahwa dosennya sentimen terhadap dirinya.
.
Rasionalisasi,
seseorang yang mencarialasan-alasan yang dibenarkanataudapatditerimaolehnormamaupun
orang lain terhadaptindakannyaataupikirannya.
Contoh :Seseorang yang diajak
main bulutangkis menolak dengan beralasan bahwa ia sedang sakit atau besok mau ujian,
padahal karena takut kalah.
Contoh lain :Seseorang yang benci terhadap Justin Beiber,
lau ia mengatakan bahwa alasannya ia hanya tidak selera dengan genre lagu yang
dinyanyikan oleh JB, karena ia takutd imusuhi oleh fans-fans JB.
.
PembentukanReaksi,
proses dimana mengambil objek kedalam struktur egonya sendiri agar
tidak menuruti keinginannya yang jelek dan diambil sikap yang sebaliknya.
Contoh
:Seorangmahasiswa yang bersikaphormatsecaraberlebihankepadadosen yang paling
tidakdisukai.
.
Regresi,
adalah keadaan seseorang yang
kembali ketingkat awal menjadi kurang matang dan kurang adaptif.
Contoh :Seorang anak
yang lebih tua tiba-tiba kembali punya kebiasaan hisap jempol atau mengompol karena ia merasa cemburu terhadap ibunya
yang terlalu memperhatikan adiknya.
.
Sublimasi,
yaitu kehendak-kehendak atau pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan asadar
yang tidak dapat diterima oleh lingkungan atau masyarakat disalurkan menjadia ktifitas
yang memiliki nilai sosial yang tinggi.
Contoh :Seseorang yang
sukaberkelahikemudianberalihmenjadiatletpetinju.
Unsur-Unsur
Terapi :
Tujuan terapi Psikoanalisis
· Membentuk kembali struktur karakter
individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien
· Focus pada upaya mengalami kembali
pengalaman masa anak-anak
* Fungsi dan peran Terapis
· Terapis / analis membiarkan dirinya
anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien
memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis.
· Peran terapis
Ø Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani
kecemasan secara realistis
Ø Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan
banyak mendengar dan menafsirkan
Ø Terapis memberikan perhatian khusus pada
penolakan-penolakan klien
Ø Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentanga-pertentangan
pada cerita klien
Teknik-Teknik
Terapi
Penerapan
Teknik-Teknik dan Prosedur-Prosedur Terapeutik
Lima
teknik dasar terapi psikoanalitik adalah: asosiasi bebas, penafsiran, analisis
mimpi atas resistensi, dan analisis atas transferensi.
1) Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode
pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi
yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau yang dikenal dengan
sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah
mengenali bahan yang direpres dan dikurung di dalam ketaksadaran.
Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh klien terhadap
asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan
kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien,
membimbing klien ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang
mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien.
2) Penafsiran
Penafsiran
adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas,
mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi. Prosedurnya
terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan
mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh
mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan
terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk
mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak
sadar lebih lanjut. Dengan perkataan lain, analis harus bisa menafsirkan bahan
yang belum terlihat oleh klien, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan
diwujudkan sebagai miliknya.
3) Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang
penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien
pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang
mimpi-mimpi sebagai “jalan istimewa menuju ketaksadaranâ€, sebab melalui
mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan
yang tak disadari diungkap.
Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu
laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan,
tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena begitu mengancam dan
menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi
laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yakni
impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi is laten
mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas
analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari
simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi, selama jam analitik, analis
bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi
manifes impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung.
4) Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan
kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari.
Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien
sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan
meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan depresi
itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang mengancam memasuki ke
kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus menghadapinya jika dia
mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis.
Resistensi-resistensi bukanlah hanya
sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari
pendekatan-pendekatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya,
resistensi-resistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan,
tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih
memuaskan.
5) Analisis dan Penafsiran Transferensi
Transferensi mengejawantahkan dirinya
dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tak selesai†di masa lampau
klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa
sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu
atau ayahnya. Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam
psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam
terapi. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu
menembus: konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga
sekarang dan yang menghambat pertumbungan emosionalnya. Singkatnya efek-efek
psikopatologis dari hubungan masadini yang tidak diinginkan, dihambat oleh
penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan
terapeutik dengan analis.
Contoh
kasus 1
klien
pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci
pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan
membuat klien mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka klien diberikan
katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan
kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau
meninju boneka. Ini
merupakan contoh kasus dari asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk
memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini juga berkaitan dengan proses katarsis.
Sumber :
Suryabrata,
S. (2000). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
www.google.com
keyword “teori kepribadian menurut Sigmund Freud” terakhir di unduh pada
tanggal 9 April 2014
https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-psikoanalisis-sigmund-freud/
http://belajarpsikologi.com/tahap-perkembangan-psikososial-menurut-sigmund-freud/
http://nendenmaesaroh.blogspot.com/2013/10/jenis-jenis-mekanisme-pertahanan-diri.html
Anonim.
(2009). PSIKOTERAPI. (http://psychologygroups.blogspot.com/2009/03/psikoterapi.html).
(Diakses tanggal 21 Mei 2014).
elvera,
Nidya Rizky. (2013). Teknik asosiasi bebas dan psikoedukasi untuk mengenali
gejala penderita skizofrenia paranoid. Jurnal Procedia Studi Kasus dan
Intervensi Psikologi Volume 1.
Terimakasih ilmunya sangat bermanfaat.
BalasHapusMy blog