HUMANISTIC EKSISTENSIAL
Humanistic eksistensial adalah Sebuah pendekatan psikoterapi yang
menekankan keunikan manusia, kualitas positif, dan potensi individu, dimana
usaha yang dilakukan dalam membantu masalah tidak mungkin tanpa mengenal dengan
baik tentang manusia itu sendiri.Teori humanistik dikembangkan oleh Maslow
tahun 1908-1970 di Amerika Serikat. aslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa
takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan
diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang,
dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme,
Medan fenomena, dan self.
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
mahkluk hidup
organisme adalah
mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan tempat
semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni
persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia
eksternal
Realitas Subyektif
Oranisme menganggap
dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang
sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
Holisme
Organisme adalah satu
kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan berpengaruh pada
bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu
tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal,
baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya.
3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan
identitas dirinya begitu bayi mulai
belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika
struktur diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk.
Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri
sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi
tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan
yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem :
·Konsep diri yaitu
penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman
seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.
Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan
kepribadian menjadi tidak sehat.
Konsep Utama Terapi
Humanistik-Eksistensial
Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri
seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas
didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis
menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung
jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan
yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki
arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut
menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas
untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan
bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar
menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia
berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi
kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada
hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional.
Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan
kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian.
Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan
potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu
mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
Tujuan-tujuan Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar klien
mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan
potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak atas
kemampuannya.
Fungsi dan
Peran Terapis dalam Terapi Humanistik-Eksistensial
Terapis dalam terapi humanistik
eksistensial mempunyai tugas utama, yaitu berusaha untuk memahami klien sebagai
sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Dimana tekhnik yang digunakannya itu
selalui mendahului suatu pemahaman yang mendalam terhadap kliennya. Prosedur
yang digunakan bisa bervariasi, tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang
lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien
yang sama.
Prosedur dan
Teknik Terapi
Menurut Baldwin (1987), inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi
terapi
1. Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya
: Implikasi Konseling.
Meningkatkan kesadaran diri, yang
mencakup kesadaran akan adanya alternative, motivasi, factor yang mempengaruhi
seseorang dan tujuan hidup pribadi, merupakan sasaran dari semua konseling.
Adalah tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan kesadaran
memerlukan imbalan.
2. Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi
Konseling.
Terapis eksistensial terus-menerus
mengarahkan fokus pada pertanggungjawaban klien atas situasi mereka. Mereka
tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar,
ataupun menyalahkan bunda mengandug. Apabila klien tidak mau mengakui dan
menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan
situasi yang ada, maka sedikit saja motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam
usaha perubahan pribadi (May & Yalom, 1989; Yalom 1980).
Terapis membantu klien dalam menemukan
betapa mereka telah menghindari kebebasan dan membangkitkan semangat mereka
untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan kebebasan itu. Kalau tidak berbuat
seperti itu berarti klien tak mampu berjalan dan secara neurotik menjadi
tergantung pada terapis.
Terapis perlu mengajarkan klien bahwa
secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa mereka memiliki pilihan, meskipun
mereka mungkin selama hidupnya selalu berusaha untuk menghindarinya.
3 Usaha Untuk Mendapatkan Identitas
dan Bisa Berhubungan Dengan Orang Lain : Implikasi Konseling.
Bagian dari langkah terapeutik terdiri
dari tugasnya untuk menantang klien mereka untuk mau memulai meneliti cara dimana
mereka telah kehilangan sentuhan identitas mereka, terutama dengan jalan
membiarkan orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses terapi itu sendiri
sering menakutkan bagi klien manakala mereka melihat kenyataan bahwa mereka
telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang lain dan bahwa dalam hubungan
terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan jalan menolak untuk memberikan
penyelesaian atau jawaban yang mudah maka terapis memaksa klien berkonfrontasi
dengan realitas yang hanya mereka sendiri yang harus bisa menemukan jawaban
mereka sendiri.
4. Pencarian Makna : Implikasi Konseling.
Berhubungan dengan konsep
ketidakbermaknaan adalah apa yang oleh pratis eksistensial disebut sebagai
kesalahan eksistensial. Ini adalah kondisi yang tumbuh dari perasaan
ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak
menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan
sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai
pribadi. Manakala orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki,
maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak
dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan
penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk
mengetahui apa yang bisa dipelajari klie tentang cara mereka menjalani
kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah
hidup.
5. Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam
Hidup : Implikasi Konseling.
Kecemasan merupakan materi dalam sesi
terapi produktif. Kalau klien tidak mengalami kecemasan maka motivasi untuk
mengalami perubahan menjadi rendah. Jadi, terapis yang berorientasi
eksistensial dapat menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang
rasa dengan keragu-raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa
ditopang bisa merupakan tahap yang perlu dialami daam perjalanan dari hidup
yang serba tergantung kea lam kehidupan sebagai manusia yang lebih autonom.
Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan
yang ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun
gaya hidup baru bisa disertai dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya
hidup baru bisa berkurang pada saat klien mengalami hal-hal yang ebih memuaskan
dengan cara-cara hidup yang lebih baru. Maakala klien menjadi lebih percaya
diri maka kecemasan mereka sebagai akibat dari ramalan-ramalan akan datangnya
bencana akan menjadi berkurang.
6. Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi Konseling.
Latihan dapat memobilisasikan klien
untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan
ini bisa menggugah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa
menerima keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang
lebih bermakna.
Tahap-tahap
Pelaksanaan Terapi Humanistik Eksistensial
Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik
dan juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode ini berasal dari
Gestalt dan analisis transaksional. Terdapat tiga tahap yang dapat dilakukan
oleh terapis dalam terapi humaniatik eksistesial, antara lain :
Tahap pendahuluan
Konselor mambantu klien dalam mengidentifikasi dan mnegklarifikasi asumsi
mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi
mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka
dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
Tahap pertengahan
Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan
otoritas dan sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru
dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik dan dianggap pantas.
Tahap akhir
Berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang
diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan
yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani
eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial,
teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka,
serta bertanggungjawab atas penggunaan kebebasan pribadinya.
Kekurangan
dan Kelebihan Terapi Humanistik-Ekstensial
Kelebihan
1. Teknik ini dapat digunakan bagi klien
yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
2. Adanya kebebasan klien untuk mengambil
keputusan sendiri
3. Memanusiakan manusia
4. Bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
5. Pendekatan terapi eksistensial lebih
cocok digunakan pada perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan dalam
perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan
dari remaja menjadi dewasa
Kelemahan
1. Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya
yang mistikal
2. Dalam pelaksanaannya tidak memiliki
teknik yang tegas
3. Terlalu percaya pada kemampuan klien
dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
4. Memakan waktu lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar